Mejabola.com – VAR Berantakan, Presiden UEFA Sependapat. Teknologi ini mengundang polemik dari berbagai kalangan pecinta sepakbola di seluruh dunia. Bahkan seorang Aleksander Ceferin, sang Presiden UEFA juga tidak senang dengan dipakainya teknologi itu dalam sepakbola.
VAR (Video Assistant Referee) mulai banyak digunakan di hampir selutuh kompetisi Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Tujuan dari kehadiran teknologi itu sendiri adalah untuk membantu wasit dalam memberikan keputusan dalam suatu pertandingan yang krusial.
Namun tidak jarang pula teknologi video itu malah mengundang kritikan dari banyak kalangan. Pada umumnya, banyak yang menganggap VAR telah membuat suatu pertandingan jadi tidak seru dikarenakan wasit harus melihat tayangan ulang jika terjadi suatu pelanggaran.

Beberapa pelatih ternama juga sangat sering melontarkan kritikan pada teknologi tersebut. Salah satunya datang dari pelatih Manchester City, Josep guardiola.
Pep Guardiola sangat sering mengkritisi penggunaan VAR dalam pertandingan sepakbola. Termasuk pada saat Manchester City dikalahkan oleh Liverpool pada ajang Liga Inggris Premier League.
VAR Berantakan
Walau demikian, ada juga yang merasa jika kehadiran VAR ini merupakan sebuah revolusi dalam dunia sepak bola. Tapi tidak bagi Ceferin, yang benar-benar bukan penggemar teknologi tersebut.
Var mengungkapkan kepada Mirror, “VAR sangat berantakan. Saya tidak berpikir bahwa toleransi satu atau dua sentimeter untuk offside, sebagai contohnya, itu cukup.”
“Kami akan membuat pengajuan perubahan kepada IFAB. Dan juga untuk wasit-wasit kami,” lanjut pria berusia 52 tahun tersebut.
Ceferin melanjutkan, bahwa VAR telah memberikan tekanan tambahan kepada para wasit yang bertugas. Hal itu sudah melenceng dari fungsi sebelumnya yang pernah diungkapkan juga oleh mantan wasit Italia, Roberto Rosetti.
“Kami tidak memiliki banyak intervensi dalam kompetisi UEFA karena petugas kepala wasit kami, Roberto Rosetti berkata kepada VAR: ‘harus merupakan kesalahan yang jelas’,” tambahnya.
Namun sekarang ini tekanannya berbeda. Bila Anda menjadi wasitnya, meskipun Anda memiliki 70 atau 80 ribu orang yang berteriak, tetap Anda yang harus memutuskan – bukan orang yang tersembunyi di London, Berlin, atau lainnya.”
“Saya bukan penggemar teknologi itu. Saya sangat skeptis, dan saya bisa kayakan bahwa saya tidak menyukai hasilnya. Sayang, sudah tidak bisa mundur kembali lagi,” tutupnya.